Materi Wahyu dan Ilham

 Wahyu dan Ilham

1) Wahyu

Secara bahasa: segala bentuk penyampaian cepat/halus: isyarat, bisikan, tulisan, atau komunikasi tersembunyi.
Secara istilah: firman Allah ﷻ yang khusus disampaikan kepada nabi/rasul-Nya sebagai petunjuk dan hukum bagi manusia.

Dalil pokok:

  • “Dan Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepada Nabi).” (QS. An-Najm 53:4)

  • “Kami mewahyukan kepadamu sebagaimana Kami mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya.” (QS. An-Nisā’ 4:163)

  • “Tidak layak bagi seorang manusia bahwa Allah berbicara kepadanya kecuali dengan wahyu, dari belakang tabir, atau mengutus utusan (malaikat)…” (QS. Asy-Syūrā 42:51)

Klasifikasi ringkas:

  • Wahyu matluw (tashrī‘ī): Al-Qur’an—dibaca sebagai ibadah, lafaz dan maknanya dari Allah, terpelihara (QS. Al-Ḥijr 15:9).

  • Wahyu ghayr matluw (tashrī‘ī): Sunnah Nabawiyah—maknanya dari Allah, disampaikan Nabi ﷺ dengan perkataan/perbuatan/taqrir, bukan bacaan ibadah seperti Al-Qur’an.

2) Ilham

Secara bahasa: bisikan hati, inspirasi mendadak.
Secara istilah: pengetahuan/dorongan yang Allah tanamkan ke dalam hati hamba-Nya (bukan nabi) untuk cenderung pada kebaikan dan menjauhi keburukan.

Dalil pendukung makna “ilham”:

  • “…Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaannya.” (QS. Asy-Syams 91:8)

  • Tipe “wahyu” dalam bahasa Al-Qur’an juga dipakai untuk non-nabi dalam arti bukan wahyu syariat:

    • Ibu Nabi Musa: “Kami mewahyukan kepada ibu Musa: susuilah dia…” (QS. Al-Qaṣaṣ 28:7)

    • Para ḥawāriyyūn (pengikut ‘Īsā): “…Aku wahyukan kepada para Hawariyin…” (QS. Al-Mā’idah 5:111)

    • Lebah: “Tuhanmu mewahyukan kepada lebah…” (QS. An-Naḥl 16:68)

    • Bumi: “…dan Tuhanmu mewahyukan kepadanya (bumi).” (QS. Az-Zalzalah 99:5)
      Ayat-ayat ini menunjukkan cakupan kata wahyu secara lughawī (bahasa), bukan status kenabian/syariat.

Catatan penting: Ilham bukan sumber syariat umum, tidak mengikat selain penerimanya, dan harus ditimbang dengan Al-Qur’an & Sunnah. Ilham tidak menambah/mengubah hukum.



Perbedaan Wahyu vs Ilham (Tabel Perbandingan)

Aspek Wahyu Ilham
Penerima Hanya nabi & rasul Bisa siapa saja: mukmin saleh, bahkan secara lughawī kepada makhluk lain
Kandungan Petunjuk syariat, akidah, hukum Dorongan/pencerahan pribadi, kabar gembira/peringatan
Otoritas Mengikat seluruh umat, hujjah syariat Tidak mengikat, bukan hujjah syariat
Kepastian Ma‘ṣūm: terjaga dari salah Bisa benar/keliru; perlu verifikasi
Bentuk Al-Qur’an (matluw) & Sunnah (ghayr matluw) Bisikan hati, firāsah, mimpi baik
Fungsi Sumber utama agama Motivasi/taqwiyah iman, bimbingan pribadi
Pengujian Tidak ditimbang; ia standar kebenaran Wajib ditimbang dg Al-Qur’an & Sunnah dan nasihat ulama


Cara-Cara Wahyu Diturunkan

Al-Qur’an merangkum tiga cara komunikasi wahyu (QS. Asy-Syūrā 42:51):

  1. Wahyan (secara ilham/penanaman makna yang kuat kepada Nabi)

    • Contoh awal fase ru’yā ṣādiqah Nabi ﷺ sebelum wahyu pertama; setiap mimpi datang “sejelas fajar” (HR. Bukhari, Kitāb Bad’ al-Waḥy).

    • Catatan: ini khusus nabi, berbeda dari ilham orang saleh.

  2. Min warā’i ḥijāb (dari balik tabir)

    • Allah berbicara langsung kepada Nabi tanpa perantara malaikat dilihat oleh Nabi.

    • Contoh utama: Nabi Musa a.s. “Dan Allah berbicara kepada Musa dengan sebenar-benar bicara.” (QS. An-Nisā’ 4:164; QS. Ṭāhā 20:11–13)

    • Dalam peristiwa Isrā’–Mi‘rāj, perintah shalat disampaikan langsung (HR. Bukhari–Muslim).

  3. Yursila rasūlan (mengutus malaikat)

    • Malaikat Jibril menyampaikan wahyu kepada Nabi ﷺ:

      • Suara seperti gemerincing lonceng (nabi merasakan sangat berat hingga keringat bercucuran) lalu makna menjadi jelas (HR. Bukhari).

      • Jibril dalam rupa manusia (sering menyerupai Dihyah al-Kalbi) berbicara langsung dengan Nabi (HR. Bukhari–Muslim, Hadis Jibril tentang Islam–Iman–Ihsan).

      • Rupa asli Jibril: Nabi ﷺ melihat Jibril dalam rupa aslinya dua kali (HR. Bukhari, Muslim; isyarat QS. An-Najm 53:13–18).

Mekanisme turunnya Al-Qur’an:

  • Sekaligus ke Bayt al-‘Izzah (langit dunia) pada Lailatul Qadr (QS. Al-Qadr 97:1; QS. Ad-Dukhān 44:3) menurut keterangan mayoritas ahli tafsir,

  • Lalu berangsur selama ±23 tahun (QS. Al-Isrā’ 17:106),

  • Dipelihara lafaz & maknanya oleh Allah (QS. Al-Ḥijr 15:9),

  • Tadārus bersama Jibril setiap Ramadan; tahun terakhir dua kali (HR. Bukhari: al-‘Arḍah al-ākhirah).

Tanda-tanda fisik saat wahyu:

  • Wajah Nabi memerah/berat, terdengar seperti dengung lebah, beliau berkeringat meski cuaca dingin; paha sahabat terasa berat ketika wahyu turun saat bersandar (riwayat-riwayat sahih).


F. Cara-Cara Ilham Diberikan & Contoh

  1. Bisikan/peneguhan hati (qalb)

    • Dorongan kuat melakukan kebaikan/menjauhi keburukan.

    • Ujian syariat: tidak boleh bertentangan dengan nash; jika bertentangan → tolak.

  2. Ru’yā ṣāliḥah (mimpi baik) bagi non-nabi

    • “Mimpi baik seorang mukmin adalah satu bagian dari 46 bagian kenabian.” (HR. Bukhari–Muslim)

    • Fungsinya tabsyīr (kabar gembira), bukan penetapan hukum baru.

  3. Firāsah (ketajaman intuisi orang bertakwa)

    • “Bertakwalah kepada firāsah orang beriman, karena ia melihat dengan cahaya Allah.” (riwayat hasan menurut sebagian ulama).

    • Tetap: bukan dalil hukum; sekadar indikator.

  4. Contoh Qur’ani non-nabi (bahasa wahyu/ilham):

    • Ibu Musa (QS. Al-Qaṣaṣ 28:7) → ilham untuk menyusui & menghanyutkan.

    • Para ḥawāriyyūn (QS. Al-Mā’idah 5:111) → peneguhan iman & ketaatan.

    • Lebah (QS. An-Naḥl 16:68–69) → bimbingan takwīnī.

    • Bumi (QS. Az-Zalzalah 99:5) → perintah takwīnī untuk “bersaksi”.

  5. Contoh sahabat:

    • ‘Umar r.a. termasuk muhaddats (orang yang sering “tepat” atau mulham). Nabi ﷺ bersabda: “Sungguh, pada umat-umat sebelum kalian ada yang diberi ilham (muhaddatsūn); jika di umatku ada, maka ‘Umar-lah.” (HR. Bukhari).

    • Beberapa pendapat ‘Umar kemudian “disetujui” ayat (mis. hijab, tawanan Badar) — ini bukan karena ‘Umar berwahyu, namun ilham/ra’yu yang kemudian dibenarkan oleh wahyu.

About the author

Live Admin
Seseorang yang suka dengan dunia blogging

Posting Komentar